Tikus Besar dan Kerbau Kecil

Penulis : Syaifuddin Gani
Versi Cetak : Gora Pustaka Indonesia 2019
Penutur : Indah Darmastuti
Ilustrasi Musik : Endah Fitriana

Suatu hari, seekor anak kerbau sedang asyik menyantap padi di sawah. Batang-batang padi yang mudadimakannya dengan lahap. Tiba-tiba saja, terdengar suara cericit yang kesakitan.

“Aduuuuh tolooong, sakiiit. Kakiku sakit. Kakiku kau injak.”

Anak Kerbau kaget. Siapa yagerangan yang kesakitan minta tolong itu. Ah pusing amat, katanya dalam hati.

Anak Kerbau semakin asyik saja mengunyah daun-daun padi yang kehijauan, ketika suara kesakitan kembali tedengar.

“Tolong Kerbau, jangan injak kakiku, saya bisa mati tenggelam ke dalam lumpur.”

“Siapa kamu. Kok saya tidak melihat rupamu. Saya hanya mendengar suara saja,” balas Kerbau.

“Saya, Tikus. Kaki kecilmu sedang menginjak tubuhku yang besar,” jawab Tikus.

Kerbau kaget. Apa saya salah dengar? Begitu ia berkata dalam hati mendengar Tikus mengatakan bahwa kakinya kecil.

“Eh Tikus, telapak kakiku saja lebih besar daripada badanmu. Sayalah penguasa sawah.”

“Kamu jangan sombong Kerbau kecil. Kamu hanya anak Kerbau, sedangkan aku adalah ibunya tikus,” jawab Tikus tidak mau kalah.

“Walaupun kamu ibunya tikus dan saya anak kerbau, tetap saja saya lebih besar daripada kamu,” jawab Kerbau dengan nada sombong.

Ibu Tikus tidak mau kalah. Walaupun memang dia seorang ibu, tetap saja tubuhnya lebih kecil dibanding daun telinga kerbau. Tetapi dia mempertahankan nama baiknya.

“Hei anak Kerbau, jangan anggap remeh saya. Untuk membuktikan siapa yang besar, ayo kita masuk kampung secara beriringan.”

“Oke, siapa takut. Saya pasti lebih besar. Tidak perlu kita beriringan, kamu cukup berada di atas badanku saja,” ejek Kerbau.

“Oke…oke. Saya ikutsaranmu. Saya akan berdiri di atas badanmu,” jawab Tikus.

Nah, Anak Kerbau dan Ibu Tikus pun masuk ke dalam kampung. Saat mau masuk ke kawasan perumahan warga, Ibu Tikus pun meloncat naik di atas belakang Anak Kerbau. Secara sepintas yang besar adalah Anak Kerbau. Tikus tampak kecil di atas belakang sambil menari-nari. Akan tetapi, Tikus yang satu ini lebih besar dari biasanya.

Akan tetapi, saat melewati warga, orang-orang pun berteriak.

“Waaaw besarnya itu tikus.”

“Tapi kenapa ada juga itu anak kerbau kecil.”

“Barusan saya lihat ada tikus yang sangat besar, berjalan bersama anak kerbau kecil.”

Anak Kerbau pun bingung. Dia tiba-tiba merasa kecil. Sebaliknya, Ibu Tikus bergembira disebut sangat besar.

Tiba di ujung kampung, Anak Kerbau lemas. Dia duduk di tanah masih dalam kebingungan. Dia pun bertanya kepada Ibu Tikus.

“Tikus, saya benar-benar bingung, kenapa orang kampung bilang saya kerbau kecil dan kamu tikus besar. Bukankah saya lebih besar daripada kamu?”

“Memang benar, kamu besar daripada saya. Tetapi karena perasaanmu yang terlalu percaya diri dan merendahkan saya, kamu jadi percaya bahwa saya lebih besar daripada kamu.”

“Saya mohon maaf Tikus atas kesalahan saya. Kamu mau kan maafkan saya?”

“Iya mau dong, kita kan teman. Saran saya, hargailah semua orang, eh semua binatang yang ada di dekatmu, oke?”

Nah, adik-adik, Kerbau dan Tikus pun kembali berteman akrab. Mereka berdua melanjutkan perjalanan ke ujung kampung . Di sana ada padang hijau menanti. Mereka akan makan bersama.

Berteman itu asyik bukan?

Kendari, 5 November 2018

Bagikan Postingan ini

Leave a Comment