Cerita Anak – Gara-gara Ramalan Bintang

Gara-gara Ramalan Bintang

Cerita Anak: Impian Nopitasari

Versi Cetak: Majalah Bobo, Agustus 2015

Narator: Indah Darmastuti

download

 

Sudah hampir jam tujuh pagi, tapi Aya belum juga beranjak dari tempat tidur. Mama yang dari tadi menyiapkan sarapan terus saja memanggil Aya, tapi Aya tidak menyahut. Mama mengetuk pintu kamar Aya, tidak dikunci, lalu mama masuk ke dalam kamar menghampiri Aya.

“Aya, sudah mau jam tujuh, kamu tidak pergi ke sekolah? Nanti telat lho,” kata Mama sambil menarik selimut Aya.

Aya menggerak-gerakkan tubuhnya, tapi masih malas bangun.

“Kamu sakit, Ay?” Mama bertanya lagi, Aya menggeleng.

“Ini kan hari rabu, Ma,” jawab Aya sekenanya.

“Memangnya kenapa kalau hari rabu? Ini kan bukan hari libur, Ayo cepat mandi, kamu nggak mau kan dihukum karena telat,” perintah mama.

Cepat-cepat Aya ke kamar mandi, lalu ganti baju, karena waktu sudah mepet, ia tak sempat sarapan. Bergegas ia mengambil sepedanya.

“Aku berangkat, Ma,” teriak Aya sambil memancal sepedanya.

“Ayaaa kamu belum cium tangan Mama,” teriak mama, tapi Aya sudah berlalu. Mama hanya geleng-geleng melihat tingkah anaknya.

***

Di jalan, tiba-tiba ban sepeda Aya bocor, mungkin kena paku. Ia mencari tukang tambal ban tapi belum buka, akhirnya dia menuntun sepeda hingga ke sekolah. Sesampainya di sekolah, gerbang sudah ditutup, Aya telat masuk ke sekolah. Guru piket memanggil Aya dan mengumpulkan dengan siswa lain yang juga telat masuk ke sekolah.

Karena telat berangkat ke sekolah, Aya pun telat masuk kelas. Di kelas Pak Gayuh sedang meminta siswa-siswa membuka PR matematika untuk didiskusikan.

“Aya, coba kamu kerjakan nomer 1,” perintah Pak Gayuh.

Aya bingung, karena tadi terburu-buru, dia lupa tidak membawa buku matematika. Aya tidak bisa mengerjakan. Karena kesalahan Aya, Pak Gayuh memberinya tugas tambahan dan membuat pernyataan bahwa dia tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Aya malu dengan teman-temannya. Dia ingin menangis.

Jam istirahat tiba, Aya merasa lapar karena tadi tidak sempat sarapan, dia ingin ke kantin tapi ternyata dia tidak membawa uang saku karena tadi terburu-buru. Selama pelajaran, ia tidak bisa konsentrasi hingga bel pulang berbunyi.

Aya menuntun sepedanya yang gembos, sepanjang jalan ia menangis dan menggerutu.

“Coba tadi aku tidak berangkat sekolah, mungkin tak akan sesial ini. Benar yang dikatakan ramalan bintang kemarin, hari rabu bukan hari yang baik untuk Virgo,”

Sesampai di rumah, Aya masih menangis. Mama yang kebetulan sedang ada di teras heran melihat Aya menangis dan menuntun sepeda yang bannya gembos. Mama menghampiri dan memeluk Aya.

“Sudah anak mama yang cantik, jangan menangis lagi, nanti ban sepedanya biar ditambal Pak Man. Kamu pasti lapar, mama sudah masak yang enak buat kamu,” hibur mama.

Aya menceritakan semua kejadian hari itu kepada mama. Ia kesal sekali dan selalu bilang kalau seharusnya dia tidak berangkat hari ini karena menurut ramalan bintang di majalah yang ia baca di rumah temannya, minggu ini hari rabu bukan hari yang baik untuk Virgo, tapi ia tetap berangkat ke sekolah, maka dari itu dia mendapat kesialan.

Mama tersenyum dan menasehati Aya. Mama berkata bahwa bukan ramalan bintang yang membuat sial, tapi diri Aya sendiri. Aya bangun kesiangan, tidak sempat sarapan, tidak sempat mengecek perlengkapan sekolah, PR, sepeda, padahal mama sudah sering mengingatkan. Coba kalau semua itu dilakukan, pasti akan beda ceritanya.

Aya merasa bersalah. Ia meminta maaf pada mama.

“Maafkan Aya, Ma. Aya janji tidak akan mengulanginya lagi,”

“Iya sayang, sini peluk mama,” Mama memeluk Aya, kemudian mereka makan bersama.

Aya senang sekali mama tidak marah kepadanya. Ia berjanji pada dirinya sendiri supaya tidak mengecewakan mama lagi.

***

 

Bagikan Postingan ini

Leave a Comment