Dongeng – Peri Penjaga Sungai

Peri Penjaga Sungai

Dongeng: Riyana Riski

Narator: Riyana Riski

Ilustrasi Musik: Mosintuwu Institut

download

 

 

Sungai di jalur hilir mengering. Para binatang kebingungan karena kemarin sore anak-anak mereka masih bermain air di tepi sungai. Bahkan semalam sebelum tidur, mereka masih dapat meminum air sungai. Sungguh aneh bila air sungai menghilang dalam semalam.

“Mungkin Peri Penjaga Sungai lupa membuka pintu air di hulu.” Duga Jeni Si Jerapah.

“Peri Penjaga Sungai tidak mungkin melupakan pekerjaan utamanya.” Bela Ruru Si Kelinci.

Ramai-ramai para binatang setuju dengan Ruru. Pekerjaan utama Peri Penjaga Sungai adalah menjaga sungai tetap terairi. Selain itu Peri Penjaga Sungai telah melakukan pekerjaannya selama ribuan tahun. Tidak mungkin ia melalaikan pekerjaannya itu.

Para binatang mencoba menebak apa yang membuat Peri Penjaga Sungai tidak melakukan tugasnya sehingga sungai menjadi kering seperti ini. Hingga Jeni menyadari sesuatu dan berkata,

“Bagaiman keadaan Lulu ya?”

Secara bersamaan semua binatang teringat pada Lulu. Lulu adalah seekor ikan yang tinggal di

dekat air terjun. Mengingat nasib Lulu Si Ikan yang tidak bisa hidup tanpa air, Jeni dan Ruru sebagai teman dekatnya mulai khawatir. Mereka pun bergegas mendatangi air terjun. Biasanya Lululah yang berenang mendatangi Jeni dan Ruru di hilir sungai, tapi kali ini mereka yang mendatangi Lulu.

Jeni dan Ruru sangat lega. Di air terjun masih ada air. Air itu menggenang di ceruk terdalam tempat jatuhnya air dari atas tebing.

“Syukurlah Lulu kalau kamu tidak apa-apa. Kami sangat mencemaskanmu.” Kata Jeni yang kemudian memasukkan kepalanya ke dalam air tempat Lulu berenang.

Jeni dan Ruru mulai kehausan langsung menegak air tempat Lulu berenang. Mereka sangat kehausan. Jelas saja, sejak pagi mereka belum minum sama sekali. Apalagi tadi mereka telah berjalan jauh untuk melihat keadaan Lulu. Akan tetapi mereka tidak mungkin meminum air sampai puas. Lulu dan binatang lain harus diberi jatah juga.

“Kalian tahu mengapa Peri Penjaga Sungai tidak mengeluarkan air hari ini?” Tanya Lulu.

Jeni dan Ruru menggeleng.

“Jadi bagaimana sekarang?” Tanya Jeni.

“Kita tunggu sebentar. Biasanya Peri Penjaga Sungai akan datang untuk memeriksa keadaan air.”

Kata Lulu. “Jika ia tidak datang sampai siang nanti, kalian harus memeriksanya ke gunung.”

Siang menjelang. Peri Penjaga Sungai tidak juga muncul. Begitu pula dengan air sungai yang tidak juga datang dari hulu. Jeni dan Ruru pun memutuskan untuk menemui Peri Penjaga Sungai di hulu.

Menurut penuturan Lulu, hulu sungai tepat berada di atas air terjun. Tetapi, Jeni dan Ruru bukan binatang yang bisa memanjat tebing, maka mereka mengambil jalan memutar untuk bisa sampai di tempat Peri Penjaga Sungai.

Setelah lama berjalan, akhirnya mereka sampai juga. Dengan sisa tenaga yang mereka miliki, Jeni dan Ruru mendekati Peri penjaga Sungai yang duduk di depan sebuah telaga kecil. Telaga kecil itu hampir kering.

“Jelaskan kepada kami mengapa air tidak mengalir dari hulu?” Tanya Jeni.

“Air di sungai bawah sana bersumber dari telaga ini. Kalau telaga ini hampir kering, bagaimana mungkin ia bisa mengairi sungai di bawah sana.” Jelas Peri Penjaga Sungai.

“Lantas, mengapa telaga ini bisa kering?” kali ini Ruru yang bertanya.

Peri Penjaga Hutan tidak menjawab. Ia mengajak Jeni dan Ruru ke suatu tempat. Begitu kaget Jeni dan Ruru melihat apa yang mereka saksikan. Para manusia menebang pohon-pohon besar.

Memotongnya menjadi lebih kecil sebelum dinaikkan ke mobil-mobil besar. Kemudian, mobil itu pergi entah kemana.

“Di malam hari ketika para binatang tertidur, aku mengalirkan air-air yang tersimpan di tanah ke telaga ini. Tapi akhir-akhir ini air dalam tanah semakin sedikit. Sementara aku harus terus mengalirkan air ke sungai. Lama kelamaan karena air yang masuk ke telaga lebih sedikit dari yang harus keluar, air di telaga menjadi habis.”

“Apa hubungannya dengan pohon-pohon yang ditebang?” Tanya Jeni.

“Pohon-pohon itu membantu proses daur air. Membantu mengikat air tanah…”

“Oh jadi kalau pohon tidak ada, maka tidak ada air.” Sela Ruru.

Jeni dan Ruru pun bergegas mengabarkan kejadian ini pada seluruh penghuni hutan. Para binatang kemudian mengadakan rapat mendadak.

“Biar kusantap saja mereka.” Kata Ali Si Singa dengan penuh kemarahan.

“Jangan. Kalau mereka sampai terluka, maka akan lebih banyak lagi manusia yang datang ke mari. Bahkan mungkin mereka bisa memburu kita.” Kata Oli Si Kura-Kura. “kita harus memikirkan cara lain yang bisa membuat manusia-manusia itu pergi dan jera datang kembali.” Lanjut Oli.

“Ah aku tahu.” Sahut Yoyo Si Beo. “Begini rencananya….”

Semua binatang merapat, Yoyo pun menjelaskan rencana yang dibuatnya. Dan para binatang

mendengatkan dengan saksama.

Hari eksekusi datang. Para binatang bersiap di tempatnya masing-masing. Binatang berukuran kecil seperti semut dan laba-laba mendekati para manusia terlebih dahulu. Ketika auman singa terdengar, para binatang kecil merayapi tubuh manusia-manusia penebang pohon. Serangga terbang berseliweran menggaggu lewat udara.

“Auuuum”

Ketika auman kedua terdengar, binatang lain yang tadinya bersembunyi keluar. Mereka berlari

dengan sangat kencang dan terlihat garang. Para penebang pohon yang sedang sibuk mengusiri

binatang-binatang kecil tersadar ada binatang lain yang mendekat. Melihat betapa menakutkannya binatang-binatang itu, para penebang pohon lari kocar-kacir sambil menghela binatang-binatang kecil yang masih mengganggu.

Setelah manusia-manusia penebang pohon itu keluar dari hutan, para binatang tidak lagi

mengejar. Mereka bersorak gembira. Ternyata rencana Yoyo untuk menakut-nakuti para manusia

berjalan dengan baik. Tapi para binatang masih memiliki pekerjaan lain. Mereka harus mengganti pohon-pohon yang telah ditebang.

Dengan bergotong-royong. Ada yang mencari bibit di pohon lain. Ada yang menggali. Ada yang menanam. Ada yang menyirami. Karena tidak ada lagi pohon yang ditebang dan pohon-pohon yang ditebang telah diganti, telaga Peri Penjaga Sungai kembali terisi penuh. Dan tentu saja air kembali mengalir hingga ke hilir sungai.

Peri Penjaga Sungai dan para binatang bersuka ria. Mereka berjanji akan bahu membahu

menjaga pohon dan hutan demi hidup yang lebih baik.

 

Poso, 23 Maret 2018

 

Bagikan Postingan ini

Leave a Comment