Cerpen – Nada Bahagia Kembali

Cerpen: Muhary Wahyu Nurba

Narator: Muhary Wahyu Nurba

download

 

Maka pada suatu pagi, seorang anak kecil bernama Nada murung, menyebabkan bola matahari ikut meredup. Burung-burung yang bertengger di ranting pohon asam itu seakan enggan berkicau demi menyaksikan gadis kecil itu mematung sendirian. Tidak tergambar sedikit pun keceriaan di wajahnya. Ia hanya diam memeluk lututnya sendiri dan menyembunyikan separuh wajahnya. Tatapan matanya kosong. 

 

Nada sudah sejak lama yatim piatu. Ia kini tinggal bersamanya tantenya yang galak dan suka membentak. Pelariannya adalah bermain bersama teman-temannya di lapangan yang terletak di pinggir kampung. 

 

Tapi hari sore ini Nada sedih karena tidak satu pun temannya yang datang. Tanpa teman-temannya, Nada merasa kesepian. 

 

Tidak jauh dari tempat Nada duduk, seorang perempuan tua berbadan tambun tengah menatapnya. Ia tahu kesedihan Nada, maka Ia pun mendekatinya. Awalnya, Nada tidak acuh terhadap perempuan berbola mata besar dan berhidung mirip tomat itu, tapi caranya melangkah membuat ia mulai memperhatikannya. 

 

Perempuan tua itu melangkah sambil melompat. Hup ha…! Huf ha…! Huf ha…!

Nada mulai mengangkat wajahnya. Sedikit senyumnya mengembang. Burung-burung melongok ke bawah dan mulai bercericit satu sama lain.

 

Perutnya yang menggelambir tidak menghalanginya untuk terus melompat mendekat ke arah Nada. Dengan napas terengah-engah, perempuan tua itu terus melangkah, terus melompat dan akhirnya sampai di hadapan Nada.

 

“Kamu tahu tidak, ee…mm…” ucap perempuan tua itu ketika mengambil tempat duduk tepat di samping Nada.

“Nada, nama saya Nada,” jawab Nada menawarkan persahabatan.

“Ah, Nada! Nama yang bagus,” balas perempuan tua itu sambil mengelus pipi Nada. 

“Tahu tidak, Nada, pada kaki yang kuat terdapat jiwa yang ceria.”

“Kenapa bisa begitu?” Nada penasaran. Matanya berbinar diserbu rasa ingin tahu. 

“Pernah kau mencobanya?” perempuan itu balik bertanya.

“Mencoba apa?” Nada bertanya lagi.

“Melompat, Nada. Seperti ini!” Perempuan itu kembali berdiri dan melompat di hadapan Nada. 

“Kau tahu, hanya dengan melompat-lompat seperti ini semua kesedihan akan sirna dari muka bumi. Setiap kali kau melompat, setiap itu pula beban kesedihanmu akan berjatuhan dari bahumu, dari hatimu, dari perutmu, dari betismu. Ayo! Cobalah melompat!” 

 

Nada tertawa melihat tingkah perempuan aneh itu. Matahari ikut tertawa. Sinarnya mulai menerang. 

“Juga bila kau menemukan orang yang suka marah-marah, membentak tanpa alasan yang jelas, ataukah ada temanmu sedang menangis, siapa saja, ajaklah mereka melompat bersamamu. Dengan begitu, mereka akan segera melupakan kemarahan atau kesedihan mereka dan memilih bergembira denganmu. Nah, kau mau mencobanya sekarang, putri kecil?”

Putri kecil itu pun segera bangkit dan mulai melompat-lompat seperti yang dicontohkan perempuan tua itu. Ia terus melompat dan terbahak-bahak. Derai tawanya itu membuat siapa saja yang melihatnya ikut pula tertawa, lalu mengikuti Nada melompat-lompat. Burung-burung yang bertengger di ranting kini ramai berkicau, silih berganti menciptakan irama kegembiraan sembari mengepak-ngepakkan sayapnya. 

 

Tidak berapa lama, teman-teman Nada juga datang dan mengajaknya bermain. Nada bahagia. Sejak pertemuan itu, Nada kini tahu bagaimana mengobati kesepiannya. Ia akan melompat, melompat, dan terus melompat, sampai seluruh kesedihannya berjatuhan ke tanah. Sejak saat itu, Nada tidak pernah lagi kesepian. Selamanya //

 

===

Muhary Wahyu Nurba, menulis cerpen dan puisi. Ketua Perkumpulan IDeAKSI Indonesia. Tinggal di Mataram.

Bagikan Postingan ini

Leave a Comment